MAKALAH
KEPERAWATAN KOMUNITAS
III
“ASUHAN
KEPERAWATAN PADA LANSIA
DENGAN
KONDISI KRITIS“
Oleh:
Kelompok 6 ( S1-3A )
1. Achmad Sobirin (101.0001)
2. Jeffry chairdyansyah (101.0055)
3. Rinda Mustika Ningrum (101.0095)
4. Verry Efriliyana (101.0117)
PROGRAM STUDI
S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Lansia merupakan tahap pertumbuhan
tertinggi seseorang sebelum meninggal dunia. Pada tahap ini fungsi tubuh
mengalami banyak penurunan. Kemampuan sel atau jaringan untuk beregenerasi atau
memperbaiki diri dari serangan berbagai macam infeksi juga semakin menurun.
Karena itu berbagai macam penyakit akut ataupun kronis banyak diderita oleh
lansia.
Perawat unit kritis merawat pasien
lansia yang jumlahnya meningkat. Sebagai akibatnya ada kebutuhan untuk memahami
hubungannya dengan perubahan fisiologis yang terjadi pada proses penuaan
normal. Semua proses fisiologi berhubungan dengan proses penuaan. Meskipun
gangguan ini progresif, tetapi tidak selalu tanpak atau bersifat patologis.
Oleh karena itu pasien lansia dengan penyakit kritis membutuhkan observasi yang
lebih intensif.
Penyebab utama kematian lansia adalah
penyakit jantung, neoplasma maligna, cedera serebrovaskuler, influenza, dan
penyakit paru obstruksi menahun. Kondisi ini menjadi lebih umum dengan
bertambahnya usia dan menyebabkanpeni gkatan perawatan di rumah sakit. Lamanya
usia hidup merupakan penyebab tunggal paling penting meningkatnya jumlah pasien
lansia dengan penyakit kronik multiple dan penyakit akut.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa
definisi dari lansia?
2. Apa
saja klasifikasi lansia?
3. Bagaimana karakteristik
psikobiologikal umum proses penuaan?
4. Bagaimana
asuhan keperawatan lansia dengan kondisi kritis?
1.3
Tujuan
1. Mahasiswa
mampu mengerti dan memahami tentang definisi lansia.
2. Mahasiswa
mampu mengerti dan memahami tentang klasifikasi lansia.
3. Mahasiswa
mampu mengerti dan memahami tentang karakteristik psikobiologikal umum proses
penuaan.
4. Mahasiswa
mampu mengerti dan memahami tentang asuhan keperawatan lansia dengan kondisi
kritis..
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
2.1
Konsep
Lansia
2.1.1
Definisi
Lansia
Menurut Hurlock (2002), tahap
terakhir dalam perkembangan ini dibagi menjadi usia lanjut dini yang berkisar
antara usia enampuluh sampai tujuh puluh tahun dan usia lanjut yang dimulai
pada usia tujuh puluh tahun hingga akhir kehidupan seseorang. Orangtua muda
atau usia tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan orangtua yang tua atau usia tua akhir
(75 tahun atau lebih) (Baltes, Smith&Staudinger, Charness&Bosmann) dan
orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari orang-orang dewasa lanjut yang
lebih muda (Johnson&Perlin).
Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock,
2002, h.190), ada dua pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia,
yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat
yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65
tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah
lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur
lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia
dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.
Menurut Bernice Neugarten (1968)
James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa
puas dengan keberhasilannya.
Badan kesehatan dunia (WHO)
menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang
berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak
menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan
terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia
menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia
(elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua
(very old) diatas 90 tahun.
Menurut Prayitno dalam Aryo (2002)
mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang
yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya
mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari.
Saparinah (1983) berpendapat bahwa
pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang mencapai tahap
penisium, pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh
atau kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul
perubahan-perubahan dalam hidupnya.
Kelompok lanjut usia adalah kelompok
penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi,
1999;8).
Pada lanjut usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi
(Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak
distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan
lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono,
1999;4).
2.1.2
Klasifikasi
Lansia
Penggolongan lansia menurut Depkes
dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni :
a. Kelompok lansia dini (55 – 64
tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.
b. Kelompok lansia (65 tahun ke
atas).
c. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu
lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
2.1.3
Karakteristik Psikobiologikal Umum
Proses Penuaan
Isu
Biologis
Penting bagi kita untuk memisahkan
perubahan karena proses pnuaan dari proses penyakit yang ada. Kondisi yang
terjadi sebagai akibat dari proses penuaan dan meliputi sabagai berikut:
-
Penurunan
ketahanan terhadap stress
-
Toleransi
yang buruk terhadap perubahan panas dan dingin yang ekstrem karena perubahan
hipotalmik.
-
Penurunan
rekasi terhadap bunyi dan rangsangan eksternal lain
-
Fluktuasi
yang lebih besar pada pH darah
Proses penuaan berbeda antara pria
dan wanita; perbedaan tersebut lebih tampak pada usia senja dari pada lansia.
Proses penuaan (pada satu organ atau seluruh tubuh) dapat terjadi dini atau
lambat sehubungan dengan kronologi usia secara nyata. Efek proses penuaan pada
jaringan sel bersifat asimetri. Sebagai contoh, perubahan sebagai akibat dari
proses penuaan pada otak, tulang, kardiovaskuler,dan jaringan paru dapat
terjadi secara nyata, selain itu perubahan teradap hati, pancreas, saluran
pencernaan, jaringan otot lebih sedikit nyata. Banyak perubahan organ karena
proses penuaan, seperti:
-
Peningkatan
jumlah jaringan penyambung dan kolagen
-
Tak
tampak elemen seluler pada system saraf, otot, dan organ vital lain
-
Penurunan
jumlah sel fungsional yang normal
-
Peningkatan
jumlah lemak
-
Penurunan
penggunaan oksigen
-
Penurunan
pompa darah selama istirahat
-
Sedikitnya
pengeluaran udara oleh paru
-
Penurunan
regangan otot
-
Penurunan
ekskresi hormin
-
Penurunan
aktivitas sensori dan persepsi
-
Gangguan
pada tekanan darah
-
Penurunan
absorbsi lemak, protein, dan karbohidart
-
Penyempitan
pada lumen arteri
Isu
Psikososial
Selain tanda proses penuaan fisik,
perawat yang merawat lansia dengan penyakit kritis harus menyadari tugas
perkembangan umum lansia secara spesifik. Berikut tugas perkembangan lansia:
-
Pengambilan
keputusan dimana dan bagaimana hidup untuk sisa usia mereka
-
Penyediaan
dukungan, intimasi, dan kepuasan pasangan, keluarga, teman
-
Mempertahankan
lingkungan rumah yang adekuat dan memuaskan sehubungan dengan status kesehatan
dan ekonomi
-
Menyediakan
pendapatan yang memuaskan
-
Mempertahankan
tingkat kesehatan yang maksimum
-
Memperhatikan
perawatan kesehatan menyeluruh dan kesehatan gigi
-
Mempertahankan
kebersihan diri
-
Mempertahankan
komunikasi dengan keluarga dan teman
-
Mempertahankan
ketertarikan social, sipil, politik
-
Membuat
perhatian baru (membuat aktivitas) yang meningkatkan status
-
Mengenali
dan merasa diperlukan
-
Menemukan
arti hidup setelah pension dan dan saat melawan penyakit dan kematian akan
orang yang dicintai; adanya pernyataan kematian orang yang dicintai
-
Mengembangkan
filosofi hidup dan menemukan kenyamanan dalam filosofi/agama
Kebutuhan akan dukungan dan hubungan
berarti berlangsung sepanjang hidup. Dukungan dapat digambarkanb sebagai
perasaan memiliki atau keyakinan bahwa seseorang merupakan peserta aktif di
dalam kegiatan sehari-hari. Perasaan saling terikat dengan orang lain di
lingkungan menimbulkan kekuatan dan membantu menurunkan perasaan terisolasi.
Dukungan dari keluarga, teman, dan masyarakat dapat menimbuilkan perasaan lebih
stabil dan aman pada lansia. Harga diri dan perasaan sejahtera adalah perasaan
yang selalu ada pada lansia. Persepsi sejahtera meningkat dari kepuasan karena
pemenuhan tujuan hidup. Hal ini dapat digambarkan sebagai kepuasan seseorang
dalam seluruh hidupnya. Sehubungan dengan ini, perasaan harga diri berasal
tidak hanya dari perasaan sejahtera tetapi juga kepuasan individu atau
penerimaan oleh orang lain. Harga diri juga menggambarkan kualitas iteraksi dengan
keluarga dan teman.
2.2
Asuhan
Keperawatan Pada Lansia dengan Kondisi Kritis
2.2.1
Pengkajian
Hal
yang pertama perawat lakukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lansia
adalah pengkajian. Menurut Potter & Perry, (2005), pengkajian keperawatan
adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data
tentang klien. Proses keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu pengumpulan
data dari sumber primer (kliaen) dan sumber skunder (keluarga, tenaga
kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan.
Tujuan
dari pengkajian adalah menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah
kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya
hidup yang dilakukan klien. Pengumpulan data harus berhubungan dengan masalah
kesehatan terutama dengan masalah kesehatan utama yang dimiliki pasien,
sehingga data yang didapatkan relevan dengan asuhan keperawatan yang akan
dijalankan pada pasien tersebut. Penggunaan format pengkajian standarisasi
dianjurkan, karena dapat memberikan tanggung gugat minimal dari profesi
keperawatan. Penggunaan format pun memastikan pengkajian pada tingkat yang
komprehensif (Potter & Perry, 2005).
2.2.2
Diagnosa
dan Intervensi Keperawatan
Membuat
diagnosa penyakit pada lansia pada umumnya lebih sukar dibandingkan pasien usia
remaja atau dewasa. Oleh karena menegakkan diagnosis pasien lansia kita perlu
melakukan observasi penderita agak lebih lama, sambil dengan mengamati dengan
cermat tanda-tanda dan gejala-gejala penyakitnya yang juga sering kali tidak
nyata. Dalam hal ini allo- anamneses dari keluarga harus digali.
Seringkali sebab penyakitnya bersifat berganda dan kumulatif, terlapes satu
sama lain ataupun saling mempengaruhitimbulnya (Suriyadi, 2003).
Keperawatan lanjut usia
berfokus pada :
-
Peningkatan kesehatan (helth promotion)
-
Pencegahan penyakit (preventif)
-
Mengoptimalkan fungsi mental
-
Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.
-
Mencegah terjadinya penyakit yang
berujung kritis
-
Meningkatkan QOL (Quality Of Life)
sehingga penyakit kritis dapat dicegah.
No
|
Dx.
Keperawatan
|
Tujuan&KH
|
Intervensi
dan Rasional
|
1
2
3
4
|
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
b.d tidak mampu dalam memasukkan, memasukan, mencerna, mengabsorbsi makanan
karena faktor biologi
Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan
keterbatasan neuromuskular yang ditandai dengan waktu yang
diperlukan ke toilet melebihi waktu untuk menahan pengosongan bladder dan
tidak mampu mengontrol pengosongan
Kelemahan mobilitas fisik b.d kerusakan musculoskeletal
dan neuromuscular
Risiko kerusakan integritas kulit b.d kemampuan regenerasi
sel atau jaringan menurun
|
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien diharapkan mampu:
1. Asupan
nutrisi tidak bermasalah
2. Asupan
makanan dan cairan tidak bermasalah
3. Berat
badan ideal
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan selama 3×24 jam diharapkan pasien mampu
1. Kontinensia
Urin
2. Merespon
dengan cepat keinginan buang air kecil (BAK).
3. Mampu
mencapai toilet dan mengeluarkan urin secara tepat waktu.
4. Mengosongkan
bladde dengan lengkap.
5. Mampu
memprediksi pengeluaran urin.
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat :
1.Memposisikan
penampilan tubuh
2.Ambulasi
: berjalan
3.Menggerakan
otot
4.Menyambung
gerakan/mengkolaborasikan gerakan
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat :
1. Kontrol
perubahan status kesehatan
2. Gunakan
support system pribadi untuk mengontrol risiko
3. Mengenal
perubahan status kesehatan
4. Monitor
faktor risiko yang berasal dari lingkungan
|
1. Kolaborasi
dengan anggota tim kesehatan untuk memuat perencanaan perawatan jika sesuai.
2. Diskusikan
dengan tim dan pasien untuk membuat target berat badan, jika berat badan
pasien tdak sesuia dengan usia dan bentuk tubuh.
3. Diskusikan
dengan ahli gizi untuk menentukan asupan kalori setiap hari supaya mencapai
dan atau mempertahankan berat badan sesuai target.
4. Ajarkan
dan kuatkan konsep nutrisi yang baik pada pasien
5. Kembangkan
hubungan suportif dengna pasien
6. Dorong
pasien untuk memonitor diri sendiri terhadap asupan makanan dan kenaikan atau
pemeliharaan berat badan
7. Gunakan
teknik modifikasi tingkah laku untuk meningkatkan berat badan dan untuk
menimimalkan berat badan.
8. Berikan
pujian atas peningkatan berat badan dan tingkah laku yang mendukung
peningkatan berat badan.
1. Monitor
eliminasi urin
2. Bantu
klien mengembangkan sensasi keinginan BAK.
3. Modifikasi
baju dan lingkungan untuk memudahkan klien ke toilet.
4. Instruksikan
pasien untuk mengonsumsi air minum sebanyak 1500 cc/hari.
1. Kosultasi
kepada pemberi terapi fisik mengenai rencana gerakan yang sesuai dengan
kebutuhan
2. Dorong
untuk bergerak secara bebas namun masih dalam batas yang aman
3. Gunakan
alat bantu untuk bergerak, jika tidak kuat untuk berdiri (mudah goyah/tidak
kokoh)
1. Monitor
area kulit yang terlihat kemerahan dan adanya kerusakan
2. Monitor
kulit yang sering mendapat tekanan dan gesekan
3. Monitor
warna kulit
4. Monitor
suhu kulit
5. Periksa
pakaian, jika pakaian terlihat terlalu ketat
|
BAB
III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Badan
kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses
penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia.
Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan
segera dan terintegrasi.
Perawat unit kritis merawat pasien
lansia yang jumlahnya meningkat. Sebagai akibatnya ada kebutuhan untuk memahami
hubungannya dengan perubahan fisiologis yang terjadi pada proses penuaan
normal. Semua proses fisiologi berhubungan dengan proses penuaan. Meskipun
gangguan ini progresif, tetapi tidak selalu tanpak atau bersifat patologis.
Oleh karena itu pasien lansia dengan penyakit kritis membutuhkan observasi yang
lebih intensif.
3.2
Saran
Kelompok lanjut
usia memiliki masalah kesehatan, baik dari segi fisik maupun dari segi mental. Kerja
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan diharapakan bisa berlangsung secara
komprehansif dan holictik untuk proses penatalaksanaan klien dengan lanjut
usia. Sehingga lansia dapat menjalani proses menua dengan kualitas hidup
seoptimal mungkin.
DAFTAR
PUSTAKA
Hudak dan Gallo. 1997. Keperawatan Kritis Pendekatan
Holistik Volume I. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku
Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Vol. 3. Jakarta: EGC.
Lukman dan Nurna Ningsih. 2012. Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta:
Salemba Medika.
Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan
Gerontik & Geriatrik, Ed. 3. Jakarta: EGC.
Agoes, Azwar, dkk. 2010. Penyakit
di Usia Tua. Jakarta: EGC.
Watson, Roger. 2003. Perawatan
Lansia Edisi ke-3. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar