Pages

Selasa, 23 April 2013

kelompok 6 askep pada lansia dengan kondisi kritis



MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS III
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN
KONDISI KRITIS




Oleh:
Kelompok 6 ( S1-3A )
1.      Achmad Sobirin                        (101.0001)
2.      Jeffry chairdyansyah                  (101.0055)
3.      Rinda Mustika Ningrum            (101.0095)
4.      Verry Efriliyana                        (101.0117)



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2013




BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Lansia merupakan tahap pertumbuhan tertinggi seseorang sebelum meninggal dunia. Pada tahap ini fungsi tubuh mengalami banyak penurunan. Kemampuan sel atau jaringan untuk beregenerasi atau memperbaiki diri dari serangan berbagai macam infeksi juga semakin menurun. Karena itu berbagai macam penyakit akut ataupun kronis banyak diderita oleh lansia.
Perawat unit kritis merawat pasien lansia yang jumlahnya meningkat. Sebagai akibatnya ada kebutuhan untuk memahami hubungannya dengan perubahan fisiologis yang terjadi pada proses penuaan normal. Semua proses fisiologi berhubungan dengan proses penuaan. Meskipun gangguan ini progresif, tetapi tidak selalu tanpak atau bersifat patologis. Oleh karena itu pasien lansia dengan penyakit kritis membutuhkan observasi yang lebih intensif.
Penyebab utama kematian lansia adalah penyakit jantung, neoplasma maligna, cedera serebrovaskuler, influenza, dan penyakit paru obstruksi menahun. Kondisi ini menjadi lebih umum dengan bertambahnya usia dan menyebabkanpeni gkatan perawatan di rumah sakit. Lamanya usia hidup merupakan penyebab tunggal paling penting meningkatnya jumlah pasien lansia dengan penyakit kronik multiple dan penyakit akut.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Apa definisi dari lansia?
2.      Apa saja klasifikasi lansia?
3.      Bagaimana karakteristik psikobiologikal umum proses penuaan?
4.      Bagaimana asuhan keperawatan lansia dengan kondisi kritis?



1.3    Tujuan
1.      Mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang definisi lansia.
2.      Mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang klasifikasi lansia.
3.      Mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang karakteristik psikobiologikal umum proses penuaan.
4.      Mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang asuhan keperawatan lansia dengan kondisi kritis..



 
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1    Konsep Lansia
2.1.1   Definisi Lansia
Menurut Hurlock (2002), tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi menjadi usia lanjut dini yang berkisar antara usia enampuluh sampai tujuh puluh tahun dan usia lanjut yang dimulai pada usia tujuh puluh tahun hingga akhir kehidupan seseorang. Orangtua muda atau usia tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan orangtua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun atau lebih) (Baltes, Smith&Staudinger, Charness&Bosmann) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari orang-orang dewasa lanjut yang lebih muda (Johnson&Perlin). 
Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan. 
Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. 
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. 
Menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari. 
Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang mencapai tahap penisium, pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh atau kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya. 
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). 
Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4).

2.1.2   Klasifikasi Lansia
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni :
a.       Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia. 
b.      Kelompok lansia (65 tahun ke atas). 
c.       Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

2.1.3   Karakteristik Psikobiologikal Umum Proses Penuaan
Isu Biologis
Penting bagi kita untuk memisahkan perubahan karena proses pnuaan dari proses penyakit yang ada. Kondisi yang terjadi sebagai akibat dari proses penuaan dan meliputi sabagai berikut:
-         Penurunan ketahanan terhadap stress
-         Toleransi yang buruk terhadap perubahan panas dan dingin yang ekstrem karena perubahan hipotalmik.
-         Penurunan rekasi terhadap bunyi dan rangsangan eksternal lain
-         Fluktuasi yang lebih besar pada pH darah
Proses penuaan berbeda antara pria dan wanita; perbedaan tersebut lebih tampak pada usia senja dari pada lansia. Proses penuaan (pada satu organ atau seluruh tubuh) dapat terjadi dini atau lambat sehubungan dengan kronologi usia secara nyata. Efek proses penuaan pada jaringan sel bersifat asimetri. Sebagai contoh, perubahan sebagai akibat dari proses penuaan pada otak, tulang, kardiovaskuler,dan jaringan paru dapat terjadi secara nyata, selain itu perubahan teradap hati, pancreas, saluran pencernaan, jaringan otot lebih sedikit nyata. Banyak perubahan organ karena proses penuaan, seperti:
-         Peningkatan jumlah jaringan penyambung dan kolagen
-         Tak tampak elemen seluler pada system saraf, otot, dan organ vital lain
-         Penurunan jumlah sel fungsional yang normal
-         Peningkatan jumlah lemak
-         Penurunan penggunaan oksigen
-         Penurunan pompa darah selama istirahat
-         Sedikitnya pengeluaran udara oleh paru
-         Penurunan regangan otot
-         Penurunan ekskresi hormin
-         Penurunan aktivitas sensori dan persepsi
-         Gangguan pada tekanan darah
-         Penurunan absorbsi lemak, protein, dan karbohidart
-         Penyempitan pada lumen arteri

Isu Psikososial
Selain tanda proses penuaan fisik, perawat yang merawat lansia dengan penyakit kritis harus menyadari tugas perkembangan umum lansia secara spesifik. Berikut tugas perkembangan lansia:
-           Pengambilan keputusan dimana dan bagaimana hidup untuk sisa usia mereka
-           Penyediaan dukungan, intimasi, dan kepuasan pasangan, keluarga, teman
-           Mempertahankan lingkungan rumah yang adekuat dan memuaskan sehubungan dengan status kesehatan dan ekonomi
-           Menyediakan pendapatan yang memuaskan
-           Mempertahankan tingkat kesehatan yang maksimum
-           Memperhatikan perawatan kesehatan menyeluruh dan kesehatan gigi
-           Mempertahankan kebersihan diri
-           Mempertahankan komunikasi dengan keluarga dan teman
-           Mempertahankan ketertarikan social, sipil, politik
-           Membuat perhatian baru (membuat aktivitas) yang meningkatkan status
-           Mengenali dan merasa diperlukan
-           Menemukan arti hidup setelah pension dan dan saat melawan penyakit dan kematian akan orang yang dicintai; adanya pernyataan kematian orang yang dicintai
-           Mengembangkan filosofi hidup dan menemukan kenyamanan dalam filosofi/agama
Kebutuhan akan dukungan dan hubungan berarti berlangsung sepanjang hidup. Dukungan dapat digambarkanb sebagai perasaan memiliki atau keyakinan bahwa seseorang merupakan peserta aktif di dalam kegiatan sehari-hari. Perasaan saling terikat dengan orang lain di lingkungan menimbulkan kekuatan dan membantu menurunkan perasaan terisolasi. Dukungan dari keluarga, teman, dan masyarakat dapat menimbuilkan perasaan lebih stabil dan aman pada lansia. Harga diri dan perasaan sejahtera adalah perasaan yang selalu ada pada lansia. Persepsi sejahtera meningkat dari kepuasan karena pemenuhan tujuan hidup. Hal ini dapat digambarkan sebagai kepuasan seseorang dalam seluruh hidupnya. Sehubungan dengan ini, perasaan harga diri berasal tidak hanya dari perasaan sejahtera tetapi juga kepuasan individu atau penerimaan oleh orang lain. Harga diri juga menggambarkan kualitas iteraksi dengan keluarga dan teman.

2.2    Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan Kondisi Kritis
2.2.1     Pengkajian
Hal yang pertama perawat lakukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lansia adalah pengkajian. Menurut Potter & Perry, (2005), pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data tentang klien. Proses keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data dari sumber primer (kliaen) dan sumber skunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan.
Tujuan dari pengkajian adalah menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan klien. Pengumpulan data harus berhubungan dengan masalah kesehatan terutama dengan masalah kesehatan utama yang dimiliki pasien, sehingga data yang didapatkan relevan dengan asuhan keperawatan yang akan dijalankan pada pasien tersebut. Penggunaan format pengkajian standarisasi dianjurkan, karena dapat memberikan tanggung gugat minimal dari profesi keperawatan. Penggunaan format pun memastikan pengkajian pada tingkat yang komprehensif (Potter & Perry, 2005).

2.2.2     Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Membuat diagnosa penyakit pada lansia pada umumnya lebih sukar dibandingkan pasien usia remaja atau dewasa. Oleh karena menegakkan diagnosis pasien lansia kita perlu melakukan observasi penderita agak lebih lama, sambil dengan mengamati dengan cermat tanda-tanda dan gejala-gejala penyakitnya yang juga sering kali tidak nyata. Dalam hal ini allo- anamneses dari keluarga harus digali. Seringkali sebab penyakitnya bersifat berganda dan kumulatif, terlapes satu sama lain ataupun saling mempengaruhitimbulnya (Suriyadi, 2003).
Keperawatan lanjut usia berfokus pada :
-        Peningkatan kesehatan (helth promotion)
-        Pencegahan penyakit (preventif)
-        Mengoptimalkan fungsi mental
-        Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.
-        Mencegah terjadinya penyakit yang berujung kritis
-        Meningkatkan QOL (Quality Of Life) sehingga penyakit kritis dapat dicegah.


No
Dx. Keperawatan
Tujuan&KH
Intervensi dan Rasional
1






































2














3











4











Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak mampu dalam memasukkan, memasukan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor biologi





























Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan   neuromuskular yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet melebihi waktu untuk menahan pengosongan bladder dan tidak mampu mengontrol pengosongan


Kelemahan mobilitas fisik b.d kerusakan musculoskeletal dan neuromuscular








Risiko kerusakan integritas kulit b.d kemampuan regenerasi sel atau jaringan menurun
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien diharapkan mampu:
1.  Asupan nutrisi tidak bermasalah
2.  Asupan makanan dan cairan tidak bermasalah
3.  Berat badan ideal






























Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3×24 jam diharapkan pasien mampu
1.  Kontinensia Urin
2.  Merespon dengan cepat keinginan buang air kecil (BAK).
3.  Mampu mencapai toilet dan mengeluarkan urin secara tepat waktu.
4.  Mengosongkan bladde dengan lengkap.
5.  Mampu memprediksi pengeluaran urin.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat :
1.Memposisikan penampilan tubuh
2.Ambulasi : berjalan
3.Menggerakan otot
4.Menyambung gerakan/mengkolaborasikan gerakan

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat :
1. Kontrol perubahan status kesehatan
2. Gunakan support system pribadi untuk mengontrol risiko
3. Mengenal perubahan status kesehatan
4. Monitor faktor risiko yang berasal dari lingkungan
1.  Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan untuk memuat perencanaan perawatan jika sesuai.
2.  Diskusikan dengan tim dan pasien untuk membuat target berat badan, jika berat badan pasien tdak sesuia dengan usia dan bentuk tubuh.
3.  Diskusikan dengan ahli gizi untuk menentukan asupan kalori setiap hari supaya mencapai dan atau mempertahankan berat badan sesuai target.
4.  Ajarkan dan kuatkan konsep nutrisi yang baik pada pasien
5.  Kembangkan hubungan suportif dengna pasien
6.  Dorong pasien untuk memonitor diri sendiri terhadap asupan makanan dan kenaikan atau pemeliharaan berat badan
7.  Gunakan teknik modifikasi tingkah laku untuk meningkatkan berat badan dan untuk menimimalkan berat badan.
8.  Berikan pujian atas peningkatan berat badan dan tingkah laku yang mendukung peningkatan berat badan.

1.  Monitor eliminasi urin
2.  Bantu klien mengembangkan sensasi keinginan BAK.
3.  Modifikasi baju dan lingkungan untuk memudahkan klien ke toilet.
4.  Instruksikan pasien untuk mengonsumsi air minum sebanyak 1500 cc/hari.




1.  Kosultasi kepada pemberi terapi fisik mengenai rencana gerakan yang sesuai dengan kebutuhan
2.  Dorong untuk bergerak secara bebas namun masih dalam batas yang aman
3.  Gunakan alat bantu untuk bergerak, jika tidak kuat untuk berdiri (mudah goyah/tidak kokoh)

1.  Monitor area kulit yang terlihat kemerahan dan adanya kerusakan
2.  Monitor kulit yang sering mendapat tekanan dan gesekan
3.  Monitor warna kulit
4.  Monitor suhu kulit
5.  Periksa pakaian, jika pakaian terlihat terlalu ketat





BAB III
PENUTUP

3.1    Simpulan
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.
Perawat unit kritis merawat pasien lansia yang jumlahnya meningkat. Sebagai akibatnya ada kebutuhan untuk memahami hubungannya dengan perubahan fisiologis yang terjadi pada proses penuaan normal. Semua proses fisiologi berhubungan dengan proses penuaan. Meskipun gangguan ini progresif, tetapi tidak selalu tanpak atau bersifat patologis. Oleh karena itu pasien lansia dengan penyakit kritis membutuhkan observasi yang lebih intensif.

3.2    Saran
Kelompok lanjut usia memiliki masalah kesehatan, baik dari segi fisik maupun dari segi mental. Kerja Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan diharapakan bisa berlangsung secara komprehansif dan holictik untuk proses penatalaksanaan klien dengan lanjut usia. Sehingga lansia dapat menjalani proses menua dengan kualitas hidup seoptimal mungkin.




DAFTAR PUSTAKA

Hudak dan Gallo. 1997. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Volume I. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Vol. 3. Jakarta: EGC.
Lukman dan Nurna Ningsih. 2012. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Ed. 3. Jakarta: EGC.
Agoes, Azwar, dkk. 2010. Penyakit di Usia Tua. Jakarta: EGC.
Watson, Roger. 2003. Perawatan Lansia Edisi ke-3. Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar